Selasa, 14 Oktober 2014

SYECH ASNAWI BIN SYECH ABDURRAHMAN CARINGIN BANTEN

 بـــــسم الله الرّ حـــــمن الرّحـــــيم   
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Syech Asnawi dilahirkan di Kampung/Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Pandeglang, pada 1850 M.Ia lahir dari pasangan Syech Abdurrahman dan Ratu Sabi’ah. Semasa kecil, Syech Asnawi merupakan anak pemberani, cerdas, dan ulet.

Syech Asnawi belajar ke mekkah.
Saat berusia 9 tahun Syech Asnawi pergi ke Mekkah untuk belajar Al-Quran kepada KH. Abdul Karim asal Tanara, Serang, Syech Muhammad Nawawi, dan Syech Akhmad Khotib Asyamoasi. Jadi, antara Syech Asnawi dengan Syech Nawawi adalah antara murid dan guru. Mereka dipertemukan di Mekkah al-Mukarramah. Sekaligus, hal ini menunjukkan bahwa meski Syech Asnawi pergi jauh untuk belajar ilmu agama namun unsur “budaya lokal”-nya tetap ada karena ia sendiri diajar oleh guru-guru terhebat dari Indonesia yang sedang berdakwah di sana.

Syech Asnawi tidak begitu lama belajar kepada ketiga guru tersebut. Namun, berkat kegigihannya dalam belajar dan kecerdasan otaknya dalam menangkap pelajaran. Maka dalam waktu relatif singkat, sekitar 6 tahun, beliau sudah mahir dalam masalah ilmu al-Qur’an, seluk-beluk Islam dan tarekat. Lalu, ketiga guru itu meminta Syech Asnawi pulang ke tanah air. Sekembalinya ke Caringin, Syech Asnawi sedih karena sudah ditinggalkan sang ayah, Syech Abdurrahman

Dakwah dan perjuangan 
situasi politik dan perilaku masyarakat Caringin kacau-balau karena dirusak oleh perilaku yang dibawa tentara Belanda. Banyak warga yang meninggalkan sholat. Warga malah bangga dengan budaya perjudian, pelacuran, mabuk-mabukan, penjarahan, dan pembunuhan. Syech Asnawi yang masih muda kala itu, sudah dihadapkan pada beban yang sangat berat: beban psikologis, beban kultural dan beban nasionalisme. Beban psikologis karena Syech Asnawi baru saja ditinggal oleh sang ayah untuk selama-lamanya ke alam baka, sementara beban kultural karena beliau menghadapi situasi sosial masyarakat yang rusak secara moralitas. Lalu, beliau juga harus mengatasi beban nasionalismenya, yaitu ikut berjuang melawan penjajah. Perang batin antara perasaan sedih dan semangat, terjadi dalam hati Syech Asnawi. Namun beliau berniat jihad untuk meluruskan akidah masyarakat Caringin.
Beliau langsung memimpin pengajian di masjid-masjid di Caringin terutama di pesantren yang ditinggalkan ayahnya. Tentu, tak mudah bagi Syech Asnawi untuk melakukannya –apalagi dalam usianya yang masih relatif muda. Selain teror dari Belanda, beliau juga sering mendapat kecaman dari warga yang merasa kebebasannya terusik.

Perlawanan demi perlawanan di hadapi oleh beliau namun semuanya dapat teratasi, banyak jawara-jawara hebat dan sakti di Caringin yang bisa ditaklukkan oleh beliau dan kemudian menjadi santrinya. Konon, Syech Asnawi juga terkenal memiliki kesaktian sehingga bisa menaklukkan para jawara di kampungnya dan sekitarnya. Usaha yang dilakukan oleh Syech Asnawi betul-betul gigih. Belasan tahun ia melakukannya tanpa pamrih apapun. Hal ini mengundang simpatik ulama Banten dan pejuang Islam saat itu.
Nama Syech Asnawi dikenal semua kalangan hingga mendapat jodoh dan menikah dengan putri keturunan ningrat bernama Nyi Ajeng Tuti Halimah. Dari pernikahannya ini, Syech Asnawi dikaruniai anak bernama Halimi yang meninggal di usia muda. Sebelum Syech Asnawi menikah dengan Nyi Ajeng Tuti Halimah.

tempat kelahirannya sempat diterjang musibah besar dengan meletusnya Gunung Krakatau. Keluarganya dan sejumlah penduduk mengungsi. Setelah aman, Syech Asnawi yang diikuti beberapa warga kembali ke Caringin. Dia mulai membangun kota yang sudah usang dengan sarana peribadatan seperti madrasah diniyah yang disebut Masyariqul Anwar dan Masjid Caringin. Tak hanya itu, Syech Asnawi bersama KH. Husen Carita turut menjadi pelopor pembukaan Jalan Labuan-Anyar yang jaraknya kurang lebih 15 kilometer.

Diasingkan oleh penjajah belanda
Ditahan dan Diasingkan Atas kegigihan Syech Asnawi dalam berjuang, Penjajah Belanda mulai menganggapnya sebagai sosok yang sangat berbahaya bagi upaya kolonialisasinya. Hal ini tentu saja tak bisa dibiarkan begitu saja. Beliau pun akhirnya ditangkap dan ditahan di Tanah Abang. Setelah ditahan beliau lalu diasingkan ke Cianjur selama kurang lebih satu tahun dengan tuduhan melakukan pemberontakan kepada pemerintah Hindia Belanda. Apa yang dilakukan Syech Asnawi mendapat dukungan penuh dari rakyat dan dan para ulama lainnya, seperti para bangsawan dan para jawara. Selama di pengasingan Syech Asnawi tetap berdakwah dengan mengajarkan Al-Qur’an dan Tarekat kepada masyarakat sekitar.

Kembali membangun caringin
Setelah merasa aman beliau kembali ke kampungnya di Caringin untuk melanjutkan perjuangan menyiarkan Islam dengan kembali menghidupkan Madrasah Masyarikul Anwar dan mendirikan Masjid Salafiah Caringin sekitar tahun 1884. Masjid Caringin ditandai oleh denah empat persegi panjang. Pada ke empat sisinya terdapat serambi. Arsitektur masjid dipengaruhi oleh unsur lokal, terlihat dari bentuk atapnya dan ditopang oleh arsitektur asing terlihat pada bentuk jendela serta pintu dalam dengan ukuran relatif besar juga pilar-pilar yang mengelilingi masjid. Menurut cerita bahwa kayu masjid tersebut berasal dari sebuah pohon Kalimantan yang dibawa oleh Syekh Asnawi ke Caringin. Dahulu pohon tersebut tidak bisa ditebang. Andaipun bisa ditebang beberapa saat pohon tersebut muncul kembali hingga akhirnya Syekh Asnawi berdo’a memohon kepada Allah agar diberi kekuatan untuk bisa menebang pohon tersebut. Pohon pun dapat ditebang serta kayunya dibawa Syekh Asnawi ke Caringin untuk membangun Masjid.





Wafat
Tahun 1937 Syekh Asnawi berpulang ke rahmatullah dengan meninggalkan beberapa orang anak. Beliau dikuburkan di sebuah tanah wakaf di Caringin. Hingga kini makamnya tak pernah sepi dari para peziarah baik dari sekitar Banten maupun dari berbagai daerah di tanah air. Menurut sebagian peziarah, keanehan kerapkali terlihat di sekitar makam beliau, yaitu pancaran cahaya seringkali tampak memenuhi ruangan masjid yang berusia hampir 200 tahun tersebut.

Wallahu A'lam Bishawab

pustaka :
http://sachrony.wordpress.com
http://bengkelhidayah.blogspot.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger